Tindakan politik rahasia untuk mencuri kekuasan dan memanfaatkannya
tiba-tiba bocor ke publik. Tidak tanggung-tanggung, dua pemain yang
sudah teridentifikasi merupakan tokoh penting partai pemenang pemilu
2009 lalu, yakni Partai Demokrat (PD). Sontak ini mengagetkan publik
dan membuat mereka bertanya-tanya, “Jangan-jangan kemenangan Partai
Demokrat adalah hasil dari mencuri?”
Ingatan dan geram publik terhadap ulah suap dan korupsi Nazaruddin
(bendahara PD) belum usai, air busuk kembali mengalir dari Partai
Demokrat, kali ini menyertakan nama Andi Nurpati (juru bicara PD). Andi
Nurpati disebut-sebut terlibat dalam pemalsuan Surat Keputusan Mahkamah
Konstitusi (MK) saat masih menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU)
pada Agustus 2009 lalu. Posisi Nurpati yang sebelum berada di PD adalah
anggota KPU telah membangkitkan opini negatif sebagian publik terhadap
PD, “jangan-jangan ada konspirasi politik?”
Konspirasi politik, di sini, mungkin, bisa diartikan sebagai
“transaksi-transaksi rahasia untuk melakukan tindakan melanggar hukum
guna mencapai tujuan politik – yang sah.” Konspirasi politik bisa
bersifat sistemik ataupun insidental. Konspirasi politik yang sistemik
biasanya dilakukan secara massif untuk mengamankan posisi suatu
golongan, seperti yang pernah dilakukan oleh Golkar di era Orde Baru.
Sementara yang insidental, hanyalah dilakukan oleh beberapa orang guna
mengamankan posisinya untuk sementara waktu di arena poltik.
Pertanyaannya sekarang, “apakah tindakan yang dilakukan oleh Nazaruddin
dan Andi Nurpati merupakan konspirasi sistemik – yang melibatkan seluruh
komponen Partai Demokrat?”
Jawaban
pasti dari pertanyaan di atas memang belum kita dapat, namun setidaknya
ada sedikit gambar yang sudah kita lihat, meski buram, yakni moralitas
buruk dari para politisi partai ini; sebuah tradisi mafia yang menjadi
penyebab sejumlah besar kekacauan di negeri ini. Meskipun tidak sehebat
Hitler dan Stalin, tradisi warisan Orde baru ini, bisa menjadi kekuatan
kriminal yang menghancurkan mentalitas politik generasi muda masa depan
yang sudah mulai melupakan memori kolektif buruknya di masa lalu.
Politik konspirasi dengan tradisi mafia (kejahatan yang terorganisir)
merupakan pola tindakan politik yang masuk dalam kategori kejahatan
besar (extraordinary political crime), yang sudah menjadi watak
permanen dalam institusi politik borjuis karena tendensi ekonomiknya.
Secara teoritik, ini tak dapat disangkal. Basis struktur (base of structure) yang kriminal dan rakus akan membentuk pola suprastruktur (super-structure) – politik, hukum – yang kriminal dan rakus pula. Ini merupakan effluvia (meminjam
istilah Trotsky, yang secara etimologis berarti ‘bau busuk yang
menyumbat pernafasan’) yang sudah integral dalam watak borjuis, entah
sebagai institusi atau pribadi.
Kasus yang tengah menimpa Nazaruddin dan Andi Nurpati, juga
tuduhan-tuduhan negatif yang terus gencar dilontarkan Nazaruddin
terhadap kolega-koleganya (terutama terhadap Anas Urbaningrum sebagai
ketua umum PD), tidak hanya menghancurkan nama Partai Demokrat,
meruntuhkan kredibilitasnya Anas Urbaningrum sebagai politisi,
meluruhkan simpati rakyat terhadap Presiden SBY (Dewan Pembina PD),
tetapi juga menguak seluruh kebobrokan partai borjuis. Artinya, jika
diselidiki, di dalam tubuh seluruh partai borjuis akan ditemui borok
yang sama.
Dalam analisa mengenai karakter politik, pola dan tradisi seperti ini
tidak hanya terdapat pada Partai Demokrat, tetapi juga pada seluruh
partai borjuis yang memiliki tendensi akhir kekuasaan politik dan
ekonomi – bukan kemakmuran rakyat. Meskipun tampak progresif dan
pro-rakyat (pro-poor), gerakan politik borjuis (seperti Nasional Demokrat – baca Politik Nasional Demokrat (Nasdem): Antara Frase dan Realitas), yang hari ini tengah show off program
dan berhasil mengilusi publik, adalah bangunan “kepentingan” yang
pondasinya berupa kebohongan. Ketika pondasi ini tidak lagi kuat
menyangga kepentingan mereka yang semakin berat, lagi-lagi rakyatlah
yang akan tertimpa serpihan-serpihan reruntuhan bangunan itu.
Situasi ini membenarkan konsepsi Marxis mengenai negara di bawah
kendali borjuasi. Badan eksekutif negara hanyalah, kata Marx, “...a committee for managing the common affairs of the whole bourgeoisie
(sebuah komite yang mengatur kepentingan bersama seluruh borjuasi)”.
Tendensi ekonomik, yang menjadi dasar bangunan politik borjuasi, akan
membentuk serangkaian kebohongan, manipulasi, penipuan, pemalsuan,
transaksi-transaksi-transaksi rahasia, penciptaan ilusi, menuju capaian
akhir yang “legal”: untuk memperoleh kekuasaan politik dan ekonomi.
Trotsky, dalam Revolusi Permanen, memberi gambaran yang jelas mengenai watak negara:
“Negara bukanlah sebuah tujuan akhir di dalam dirinya sendiri, tetapi
ia merupakan alat untuk mengorganisir, disorganisir, dan re-organisir
relasi-relasi sosial. Ia dapat menjadi sebuah kekuatan yang besar bagi
revolusi atau menjadi sebuah alat penghenti revolusi yang terorganisir,
ini tergantung pada tangan yang mengendalikannya.”
Rakyat seharusnya bisa belajar cepat dari pengalaman, tidak hanya
dari serentetan kasus yang terjadi akhir-akhir ini, tetapi juga dari
kontradiksi-kontradiksi yang terlah berlangsung selama ini, sehingga
tidak mudah terperangkap dalam jaring-jaring kepentingan kaum borjuis –
bahwa sejak runtuhnya Orde Baru hingga kini, tidak satu pun dari
partai-partai politik yang ada menepati janjinya.
Penegasan dari refleksi kristis yang saya tulis ini adalah, mengajak
organisasi-organisasi politik berbasis buruh, kaum miskin, kaum tani dan
elemen-elemen grassroot lainnya untuk terus-menerus memblow up karakter
buruk partai-partai borjuis kepada massa. Tentu saja, massa memiliki
keteguhan, pengorbanan diri, heroisme, dll, tetapi terbatas dalam
analisa. Dan inilah poin signifikan yang pernah dilakukan oleh Bolshevik
kepada massa, yakni terus mengekspos kebobrokan rejim feodal Tsar dan
juga kebobrokan kaum borjuis liberal, dan terus menanamkan kepercayaan
diri ke dalam massa sebagai satu-satunya kekuatan yang bisa mengubah
masyarakat. Selebihnya adalah sejarah. Revolusi Oktober 1917 menjadi
revolusi sosialis pertama yang berhasil di muka bumi.
disadur dari: http://militanindonesia.org/analisa-politik/17-akhir/8206-partai-demokrat-politik-konspirasi-dengan-tradisi-mafia-.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar